Pasir di Pantai (bukan laskar tertimbun pujian) balasan laskar tertimbun


oleh Bakri (irkab)
Ikrab tak jadi menjauh dari pantai itu, dia duduk termenung sambil melihat pasir yang bertabur, akan tertiup angin disaat topan melanda dan terbawa arus disaat pasang surut. Sementara, sahabatnya, Idba sekitar Lima meter masih berdiri di belakangnya, memanggil dan terus memanggil, "Irkab, tolong jangang mendekati sungai itu, kau masih tak berdaya, jika kau tetap kesana kamu akan terbawa arus!" Idba terus berteriak memanggil Irkab.
Sayang, kedatangan Idba saat itu sungguh tidak tepat, batasan waktu dan jarak diantara mereka telah menjadi pemisah. Irkab yang tetap tinggal dikampung halaman, sementara Idba melanjutkan studinya di sebuah universitas ternama di Sumatra Utara.
"Kembalilah, aku tidak ingin melihatmu lagi, dahulu kau berjanji akan cepat kembali, namun hingga saat ini, kuliahmu juga belum kelar, padahal, sudah menjelang lima Tahun" teriak Irkab pada Idba. "Demi allah, Ikrab, tolong jangan mendekati arus sungai itu, aku berjanji akan cepat kembali, selepas toga itu ku kenakan dan sarjana itu kudapatkan," teriak Idba, Sang mahasiswa yang idealis, tegas melawan keridakadilan dan pengkeritik ulung, bisa juga dikatakan benci pada pemerintahan.
Kali ini Irkab tidak lagi mendengarkan teriakan itu, perlahan kakinya melangkah mendekati arus sungai, dia sudah pasrah. Idba-pun menundukkan kepala seakan-akan dia tidak tega melihat sahabatnya hanyut terbawa arus.
Sebelum mencapai arus sungai itu Ikrab masih menoleh kebelakang, "maafkan aku sahabat, pasir tidak akan pernah lama berdiri di tepi pantai, suatu saat dia akan terbawa arus sungai yang dalam," kata Irkab pada sahabatnya sambil melambaikan tangan. Idba masih memandanginya hingga Irkab terbawa gelombang. Dengan perasaan sedih Idba melangkah meninggalkan pasir yang bertabur itu, dan kembali ke Sumatra Utara untuk melanjutkan cita-citanya.
DUA TAHUN KEMUDIAN
Pagi itu, cuaca tampa murung, Irkab yang saat ini, sudah memiliki Media Online dan Cetak tersendiri masih duduk di ruang tamu sambil menikmani secangkir kopi Gayo yang rasanya sungguh nikmat. Medianya,NTEMPOH.COM berkembang pesat dan sanggat diperhitungkan, bersama karyawannya Adi Blankker yang merupaka teman kulyah Idba dan beberapa orang lainnya terus mengembangkan media itu hingga ke plosok negeri. Namun hingga saat ini Irkab tidak mengetahui kemana rimba sahabatnya, Idba.
Alangkah kagetnya, Irkab saat melihat tayangan TV waktu akan berangkat kerja. Idba sahabatnya yang telah lama menghilang kini muncul, dia tersandung kasus korupsi penggelapan dana baitul mal. Rupanya, selepas Idba kuliah, dia tidak kembali ke Negeri Seribu Tangan, melainkan menjadi kepala Baitul Mal disebuah kabupaten di Aceh.
Irkab, sunguh menyesalkan melihat pemandangan itu, bagaimana tidak, sahabat yang dulu ia kenal idealis, penentang korupsi, keras dan bercita-cita luhur harus tersandung kasus korupsi. Dengan segera Irkab mematikan tanyangan televisi itu, saat mendengar Idba dijatuhi hukuman 10 tahun penjara, "betulkan sahabat! pasir tidak akan lama berdiri dipantai, suatu saat dia akan terbawa arus dan gelombang," kata Irkab dalam hatinya.
Lima tahun di dalam penjara Idba akhirnya bebas, berkat pendekatan dan negosiasi yang dilakuka Irkab karena pengaruh dan mediaNTEMPUH.COM-nya yang ditakuti. Selepas peristiwa itu, akhirnya mereka bersama, Menjadi Harimau yang menakutkan, bukan Macan Jalanan yang Menjadi Kucing yang Setia Kepada Majikannya, juga bukan Laskar yang Tertimbun Pujian. selesai
Note: cerita ini hanya fiktip belaka, namun sebahagian kisahnya sungguh pakta bagi sahabatku yang merasa. idba nama terbalik..

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "Pasir di Pantai (bukan laskar tertimbun pujian) balasan laskar tertimbun"

Post a Comment

SILAHKAN share