Apa itu Opini?
Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia yang diterbitkan Balai Pustaka, Opini disebutkan sebagai
”pendapat; ”pikiran,” atau ”pendirian,”
Opini bisa diartikan
sebagai pandangan seseorang tentang suatu masalah. Ingat opini yang di maksud,
bukan sekadar pendapat belaka (Asumsi), tetapi lebih kepada
pendapat ilmiah, dalam kata lain, Pendapat yang bisa dipertanggung jawabkan
kebenaran nya berdasar dalil-dalil ilmiah (Data/Fakta) yang di temukan di
lapangan dan mengembangkannya ke dalam bahasa yang lebih populer.
Oleh sebab itu, sebelum menulis opini usahakan
terlebih dahulu melakukan penelitian (Riset). Tujuan melakukan riset ini,
sebagai penguat dari argumentasi si penulis untuk menekankan gagasannya dalam
bentuk opini “Artikel”.
Lalu
Apa Itu Menulis Opini ?
MENULIS opini
berarti menyebar luaskan gagasan. Dengan menulis opini, maka seseorang telah
mentransfer ide dan gagasannya ke ruang publik. Ia masuk ke ranah publik, dan
berusaha mempengaruhi publik, dengan tujuan akhir: gagasannya diterima atau
juga diperdebatkan dan si penulis Opini harus siap untuk menjelaskan kebenaran
isi opininya secara Ilmiah.
Karena itulah,
menulis opini bisa di kategorikan sebagai ”rekreasi intelektual”: mengasah
otak, menajamkan pikiran, menantang munculnya ide-ide baru, juga menantang
pendapat orang dengan argumentasi yang siap untuk diperdebatkan.
Menulis opini juga
berarti memberikan wawasan dan pengetahuan untuk orang lain. Berbagai
informasi, data, juga pengalaman. Karena itulah, kegiatan menulis opini
mestinya kegiatan yang dilakukan dengan hati. Dengan kesukacitaan, kegembiraan
membagi gagasan dan kecintaan menyumbangkan ilmu dan pengetahuan.
Menulis opini adalah
kegiatan yang menyenangkan. Siapa pun sesungguhnya bisa dan mampu untuk menulis
opini. Setiap orang yang memiliki pengetahuan, mampu menulis,
sesungguhnya ia bisa menulis opini. Dengan opini, tidak saja gagasan
itu bisa menyebar, tapi juga, antara lain, membuat ia dikenal, juga mendapat
honorarium.
Di Indonesia, hampir
semua halaman surat kabar menyediakan rubrik opini. Dan hampir semuanya juga
menyediankan honorarium untuk opini yang dimuat. Misalnya Koran Tempo dan
Majalah Tempo. Opini-opini ini pun beraneka ragam. Bisa soal masalah
sosial, politik, agama, pertanian, perkebunan, pertambangan, hukum, dan
lain sebagainya. Penulis dengan latar belakang bidang yang dikuasainya, akan
mendapat tempat khusus di media massa jika ia menulis opini tentang bidang yang
dikuasainya tersebut. Ini karena dia dinilai memiliki otoritas.
Bahkan, kadang media
secara khusus meminta orang tersebut untuk menulis topik-topik tertentu untuk
hari-hari tertentu pula. Karena itulah, misalnya, kita mengenal nama Kwik Kian
Gie untuk masalah ekonomi, Rhenald Kasali untuk pemasaran dan periklanan, nama
Ignas Kleden untuk bidang sosial, nama Mulya Lubis untuk bidang hukum
atau nama HS. Dillon untuk bidang pertanian. Juga, misalnya Al Chaidar jika
berkaitan dengan NII atau Emerson Yuntho jika berkaitan dengan masalah-masalah
korupsi.
Tentu saja mereka ini
tidak langsung menjadi penulis opini.Mereka juga belajar, melalui banyak tahap.
Tetapi, yang jelas mereka memiliki kompetensi yang membuat masyarakat
mengakui, mereka memang layak untuk menulis soal atau masalah yang mereka
tulis tersebut.
Bagaimana Menjadi Penulis Opini:
Dengan melihat rangkaian di atas, maka di sini untuk
menulis opini dibutuhkan:
1.Pengetahuan
akan bidang/masalah tertentu
2.Ide
dan Gagasan
3.Argumentasi
gagasan
4.Teknik
Penulisan Opini
5.
Pengetahuan bahasa
6.
Pengetahuan Tentang Media Massa.
Kita uraikan satu persatu:
- Pengetahuan Bidang/Masalah Tertentu.
Penulis opini memiliki otoritas akan bidang yang
memang layak bagi dia untuk diketengahkan kepada masyarakat. Ini bekal utama
seorang penulis opini. Jika ia ahli pertanian, tentu masyarakat akan percaya
akan seluk beluk tanaman yang ditulisnya daripada yang menulis seorang sarjana
hukum.
Pengetahuan bidang tertentu ini sangat penting, juga
terutama untuk ”legitimasi” diri seorang penulis di depan publik.
- Ide dan Gagasan
Ide merupakan barang termahal yang dimiliki
penulis -apa pun dan siapa penulis itu. Ide bisa tumbuh dari mana pun.
Penulis yang terlatih tidak pernah kehabisan ide untuk menulis opini. Karena
ide bisa muncul di mana pun, maka seorang penulis biasanya langsung menulis
ide-ide yang didapatnya begitu ide itu muncul. Ide itulah yang kemudian
dikembangkannya begitu ia memiliki waktu untuk menulis. Misalnya, di
sini, seorang penulis membaca atau mendapati kenyataan tentang makin sedikitnya
para mahasiswa tertarik dan ikut pada kegiatan-kegiatan kampus. Penulis
opini kemudian mendapat ide: membandingkan fenomena ini dengan lima atau
sepuluh tahun sebelumnya dan kemudian menganalisa sebab musabahnya.
- Argumentasi Gagasan
Argumentasi ini sesungguhnya pasti dimiliki seseorang
jika orang itu memang menulis bidangnya. Ini memang berkaitan dengan nomor 1
(pengetahuan bidang yang dimilikinya). Argumentasi penting karena di sinilah
pembaca akan mengetahui ”kadar” keilmuan seorang penulis opini. Semakin kuat
dan logis argumentasi yang ditampilkannya, maka akan semakin memperkuat gagasan
yang ditulisnya.
- Teknik Penulisan Opini
Penulisan opini di media massa berbeda dengan penulisan
di media ilmiah. Pembaca media massa sangat beragam. Karena itu, penulisan
opini di media massa harus memakai bahasa yang komunikatif, tidak bertele-tele,
dan ringkas. Kecenderungan pembaca kini adalah membaca tulisan yang tidak
panjang, enak dibaca, dan gampang dicerna.
- Pengetahuan Bahasa
Kegagalan penulis opini dari kalangan ilmiah biasanya
terletak pada penggunaan bahasa. Penulis opini dari latar belakang ilmiah harus
belajar untuk memakai bahasa yang gampang dimengerti masyarakat, sehingga bahasa
yang ditulisnya, efektif, efisien, dan mudah dimengerti.
Jika pun penulis
opini ingin menampilkan istilah asing, ia harus pula mencari
padanan dalam bahasa Indonesia. Penulis opini bahkan tidak usah khawatir
untuk menampilkan idiom-idiom bahasa daerah jika dipandang menarik. Nasehat
untuk ini: JANGAN SEKALI-KALI MENGANGGAP PEMBACA SAMA TAHUNYA SEPERTI
KITA. Beberapa kata yang tidak efektif bisa dipangkas untuk menghasilkan
tulisan yang padat. Kata-kata itu, misalnya, ”oleh,” ”adalah,” ”itu,”
”tersebut” dll.
- Pengetahuan Media Massa
Pengetahuan tentang Media Massa merupakan hal penting
yang perlu diketahui penulis opini agar tulisannya bisa dimuat. Penulis opini,
dengan mempelajari sebuah media massa, akan bisa melihat, media massa
itu,misalnya, apakah memberi perhatian kepada masalah-masalah yang digeluti
sang penulis opini itu atau tidak. Suratkabar Kompas, misalnya, cenderung untuk
memberi tempat kepada opini dalam bidang apa pun. Demikian juga harian Suara
Pembaruan. Dengan pengetahuan seperti ini, maka seorang penulis opini tahu, ke
mana artikel yang dibuatnya itu akan dikirim.
Bagaimana Supaya Opini Dimuat di
Media Massa
1. Ada peg/cantolan peristiwa
Seperti berita, opini pun memerlukan peg –cantolah
peristiwa. Tujuan peg ini adalah agar opini ini relevan dengan yang sedang
terjadi atau dibicarakan masyarakat. Semakin ada peg-nya maka, kemungkinan
opininya dimuat akan semakin besar. Peg ini bermacam-macam. Bisa peristiwa yang
tidak diduga, atau juga peristiwa yang sudah direncanakan pasti terjadi. Misalnya,
menyambut tahun ajaran baru (tentang pendidikan atau kemahasiwaan), peringatan
ulangtahun lembaga/peristiwa tertentu, dll.
- Cari Angle Menarik
Jika peg itu sudah didapat, maka penulis tinggal
mencari angle/sudut pandang: dia akan menulis apa dan dari sudut pandang apa?
Angle merupakan hal penting yang menajamkan opini penulis satu dengan penulis
lain. Nasehat untuk ini: carilah angle yang paling berbeda, unik, dan mungkin
orang tidak terpikirkan. Tentang makin sedikitnya mahasiswa yang tertarik pada
kegiataan kemahasiswaan itu, misalnya, seorang penulis opini, misalnya, bisa
mengambil angle: kerugian apa yang akan dialami para mahasiswa jika mereka
tidak memiliki pengalaman ikut kegiatan kampus.
- Eksplorasi gagasan dan argumentasi
Inilah argumentasi yang harus dibangun dan dimiliki
penulis untuk menguatkan opininya. Untuk membangun argumentasi ini, penulis
opini bisa menyodorkan data atau contoh-contoh peristiwa. Contoh itu bisa dari
dalam negeri atau luar negeri.
- Tidak Menggurui
Isi tulisan opini mesti dihindarkan sejauh mungkin
dari kesan menggurui, juga mengesankan penulisnya ”menampilkan,” kepintarannya.
Salah satu cara agar tulisajn opini tidak menggurui, antara lain, jangan
terlalu banyak menampilkan kutipan atau sumber-sumber literatur. Lebih baik
penulis menampilkan contoh yang muncul sehari-hari dengan bahasa yang sederhana
dan mudah dipahami. Selain itu, syarat lainnya: baca ulang opini tersebut
berkali-kali.
=
Dari
Mana Memulai Menulis Opini
Struktur Menulis Opini
- Judul
- Alinea Pembuka
- Isi (Batang Tubuh)
- Alinea Penutup (Ending)
Judul
Penulis Opini mesti membuat judul tulisannya dengan
menarik. Judul harus lah eyes catching. Memikat. Syarat untuk judul seperti
ini: Tidak Panjang (Cukup tiga atau empat kata) dan memakai kata-kata
yang tidak klise, menggugah.
Judul tidak mesti dibuat lebih dulu. Bisa belakangan,
setelah tulisannya selesai.
Aline pembuka dan Lead
Lead adalah bagian penting sebuah tulisan. Lead
seperti etalase, dia harus dibuat menarik. Lead adalah kalimat pembuka. Ia
seperti kail yang menarik minat pembaca. Ia seperti lokomotif yang membuat
mata dan pikiran pembaca untuk terus mengikuti kalimat dan buah pemikiran
penulis.
Karena itulah lead harus menarik, tidak memakai
pemikiran yang klise, dan kalimatnya tidak panjang. Lead ini berfungsi untuk
membawa pembaca untuk mengerti masalah apa yang akan dibicarakan oleh
penulis opini. Lead adalah bagian penting dari alinea pembuka.
Isi Tulisan (Batang Tubuh)
Inilah ”daging” sebuah opini. Disinilah penulis
menuangkan gagasan dan ide-idenya. Dengan demikian secara ringkas bagian ini
berisi:
-gagasan apa yang ditawarkan
-argumentasi kenapa pentingnya
gagasan/ide/pemikirannya
-contoh-contoh dengan menampilkan data-data yang
relevan dan menunjang.
-keuntungan dan kerugian jika gagasan itu diterapkan
atau tidak diterapkan.
Alinea Penutup (Ending)
Bagian ini bisa dibilang merupakan kesimpulan dari
tulisan opini. Kendati penutup, penulis opini tetap harus menganggap ini bagian
penting. Untuk mengulang dan mengingatkan pembaca akan gagasan yang ditawarkannya.
Kendati tiga bagian di atas merupakan hal penting
untuk menulis opini, sesungguhnya tetap saja diperlukan panduan agar tiga hal
itu menjadi kesatuan yang enak untuk dibaca –juga menulisnya.
Untuk ini dibutuhkan apa yang disebut OUTLINE.
Outline adalah semacam alur yang dibuat dengan mencantumkan segala hal yang
direncanakan akan dituangkan pada sebuah opini. Outline ini juga untuk
mengingatkan penulis agar tetap fokus atau tidak lupa pada hal-hal yang sejak
awal ia tetapkan untuk ditulis. Outline bentuknya adalah pointer-pointer.
Contohnya, seorang penulis opini akan membuat tulisan
tentang persoalan hilangnya sejumlah mahasiswa yang diduga direkrut NII.
Ia menulis pointer-nya sebagai berikut:
1.Fakta banyaknya pengaduan orangtua yang
kehilangan anaknyaà Peg
– Pengakuan para mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Malang dll
2. bukan kejadian pertama kali Batang tubuh
-data penelitian berbagai lembaga tentang aktivitas
NII
-data Departemen Agama dll tentang NII
-Bagaimana perekrutannya, di mana, siapa saja
sasarannya.
-apa yang harus dilakukan orang
tua/lingkungan/perguruan tinggi dll
– yang sudah dilakukan pemerintah
-yang belum dilakukan pemerintah
3. saran-saran dan kesimpulan ——à Penutup
TAMBAHAN
TAMBAHAN
wartawan kawakan
sekaliber Rosihan Anwar dalam bukunya berjudul: “Bahasa Jurnalistik”
(1984: 13) pernah memberikan patokan standar dalam menulis karya
jurnalistik,yaitu harus mematuhi aturan pokok di bawah ini:
1.
Gunakan KALIMAT PENDEK.
2.
Gunakan bahasa yang MUDAH DIPAHAMI.
3.
Gunakan BAHASA SEDERHANA dan jelas pengutaraannya.
4.
Gunakan bahasa TANPA kalimat majemuk.
5.
Gunakan bahasa BERKALIMAT AKTIF, bukan pasif.
6.
Gunakan BAHASA KUAT dan padat.
7. Gunakan bahasa POSITIF bukan NEGATIF.
Ref: catatanbaskoro.wordpress.com,
flpkita.wordpress.com,
caramenulisbuku.com
KBBI
Editor :Abdi
0 Response to "TEKNIK MENULIS OPINI, LENGKAP"
Post a Comment
SILAHKAN share