SBY: Pesan dari Indonesia tentang Nilai-nilai Demokrasi di Asia


SBY berbagi pengalaman Indonesia, yang telah mengalami perjalanan panjang dari cobaan dalam demokrasi dalam Simposiun Internasional di Tokyo, Jepang, Selasa (19/1). "Indonesia terbilang baru dalam demokrasi. Untuk beberapa dekade, banyak orang Indonesia percaya bahwa kami tidak siap untuk demokrasi. Kami memiliki banyak alasan: bahwa orang yang tidak siap, bahwa mereka terlalu miskin, bahwa mereka tidak cukup matang, tidak cukup berpendidikan, dan sebagainya. Beberapa bahkan takut Indonesia akan berubah menjadi negara Islam jika sistem pemilu itu dibuka. Stabilitas, pertumbuhan dan status quo menjadi prioritas diatas yang lain, termasuk demokrasi," SBY menyampaikan.
Tapi apa yang terjadi dengan Indonesia sejak tahun 1999 membuktikan gagasan ini salah. "Begitu orang-orang memilih demokrasi, mereka tidak membiarkan pergi. Sejak tahun 1999, kami telah memiliki 3 pemilihan umum, pada tahun 2004, 2009 dan 2014, dan pada setiap kesempatan itu, persentase voting turn-out secara konsisten lebih dari 85%, salah satu yang tertinggi di dunia. Dan bertentangan dengan apa yang dibayangkan, masyarakat Indonesia, termasuk masyarakat yang tidak mampu, memilih dengan antusias, rasional, dan bertanggung-jawab," lanjut SBY.
Dalam membangun demokrasi, rakyat Indonesia tidak melihat ke belakang, melainkan terus melihat ke depan, dengan tekad, dan harapan. Banyak politisi dan akademisi yang mempertanyakan bagaimana Indonesia lolos dari skenario negara gagal dan bahkan memiliki demokrasi yang sukses. Menurut SBY, salah satu hal yang paling penting yang kita lakukan adalah fokus untuk membangun sistem yang kredibel. "Sejak tahun 1999, kami mulai fokus bukan pada pemimpin, tetapi pada lembaga," kata SBY.
"Saya senang untuk memberitahu Anda bahwa ketika saya meletakan jabatan sebagai Presiden keenam Indonesia, sistem tidak pergi dengan saya. Kami mampu untuk menyampaikannya kepada generasi politik berikutnya, World Economic Forum menyebutnya "dekade emas di Indonesia", satu dekade yang ditandai dengan perdamaian, persatuan, stabilitas dan pertumbuhan. Saya berharap saya bisa mengambil kredit untuk itu, tapi satu dekade emas benar-benar dapat terwujud karena demokrasi yang berfungsi dan masyarakat sipil yang berkembang," lanjut SBY.
Penjelasan lain untuk keberhasilan transisi demokrasi Indonesia adalah kemampuan untuk beradaptasi dengan budaya politik. Saat memulai jalan demokrasi baru, tantangannya adalah bagaimana menjauhkan pola pikir lama dan cara-cara lama dalam melakukan sesuatu. Impuls otoriter, bagian yang panjang dari budaya politik Indonesia, harus ditekan.
Lalu, penjelasan lain tentang berhasilnya transisi demokrasi Indonesia adalah kemampuan demokrasi untuk terhubung dengan pemerintahan, serta Indonesia selalu percaya pada demokrasi. "Dalam 17 tahun terakhir, demokrasi kita terus menghadapi cobaan dan kesengsaraan yang tak ada habisnya. Tetapi dalam menghadapi setiap tantangan, respon kolektif kita tidak pernah mundur: selalu berpegang teguh pada nilai-nilai demokrasi dan membelanya bila diperlukan," SBY menyampaikan.
Ke depan, demokrasi Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan. "Kita harus membuat demokrasi yang lebih relevan dengan kehidupan warga negara kita; untuk membawa kebaikan bersama dengan masyarakat; untuk memastikan keamanan, stabilitas dan ketertiban; dan juga mencapai kemajuan ekonomi dan pemerataan dan kesejahteraan untuk semua," ujar SBY.
SBY yakin jika Indonesia bisa berhasil dalam membangun demokrasi yang kuat, Indonesia akan mampu menunjukkan bahwa negara Asia lainnya juga dapat membangun demokrasi yang kuat. "Sebagai poin terakhir, saya tidak ragu bahwa dalam beberapa dekade mendatang, jumlah demokrasi di seluruh dunia akan meningkat. Kita semua berharap proses ini akan berlangsung damai," kata SBY.
(AkunSby)

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "SBY: Pesan dari Indonesia tentang Nilai-nilai Demokrasi di Asia"

Post a Comment

SILAHKAN share